Senin, 22 Juni 2020

Kampung Tangguh Lahirkan Ketahanan Mental, Gotong Royong, dan Kemandirian

Moh. Khotib

Musibah dan bencana sebuah keniscayaan di muka bumi ini adanya. Apakah itu terjadi akibat hukum alam maupun akibat dari ulah manusia. Namun semua itu bisa terjadi tetap pada kendali sang penguasa tunggal Tuhan pencipta semesta alam (Allah Swt).

Dalam beberapa bulan terkahir ini, manusia di muka bumi dibuat luluh lantah jiwanya dengan kehadiran Virus berjuluk Corona yang selanjutnya melahirkan sebutan Covid-19. Keganasannya renggut ribuan jiwa di berbagai negara, termasuk negara kita tercinta Indonesia. Lantaran itu Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Cobid-19 menetapkannya sebagai "bencana nasional". 

Waktu demi waktu Pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Penanganan Covid-19 melakukan segala upaya putus mata rantai sebaran maupun penularannya. Ilmuwan dan para ahli yang tersebar baik di Indonesia pun negara-negara maju. Sampai saat ini terus berjuang untuk menemukan obat juga vaksin untuk melawannya. 

Menjadi lumrah bila kecemasan kian hari kian menjadi menyusul meningkatnya kasus per kasus dan korban jiwa. Ditambah dengan tidak adanya kepastian kapan cerita yang ditulis oleh Virus Corona dengan judul Covid-19 itu berakhir.

Sementara dampak yang ditimbulkan sangat terasa baik dari segi sosial, pendidikan, budaya, keagamaan, aktivitas usaha karena berlakunya pembatasan. Dampak terparahnya dengan berlakukanya pembatasan adalah lumpuhnya sektor ekonomi. Pertanyaannya sampai kapan kita terpasung oleh kondisi..? Tentu harus segera dicari solusinya, karena faktanya mengharuskan kita semua, mau tidak mau, siap tidak siap harus bertahan hidup dalam kondisi ini.

Entah ini merupakan anugerah atau pentunjuk dari Tuhan (Allah Swt) sang penguasa jagat atas ikhtiar yang selama ini dilakukan oleh Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Provinsi Jawa Timur. Bergagas kegiatan dengan sebutan "Kampung Tangguh ". Mungkin karena dilahirkan di Jawa Timur yang terkenal dengan keberadaan gunung "Semeru" nya, maka dipergagah lagi sebutannya menjadi "Kampung Tangguh Semeru".

Benar atau tidak penulis mencoba menerka-nerka kenapa gagasan kegiatan program "Kampung Tangguh Semeru" ini muncul. Dari penyebutannya saja mudah dipahami dan jelas tak sulit pemaknaannya apa yang dimaksut "Kampung Tangguh", sehingga penulis tak perlu urai lebih jauh. 

Sebelumnya harus disepakati bahwa gagasan kegiatan "Kampung Tangguh Semeru" kaitan eratnya atau bisa dibilang cikal bakalnya adalah kondisi darurat bencana pandemi Covid-19. Seperti penulis sebut di muka bahwa, "mau tidak mau, siap tidak siap" kita harus bertahan hidup, maka ikhtiar adalah sarat mutlak. Sehingga penulis putar otak dan otak atik menerka bahwa gagasan kegiatan "Kampung Tangguh" bisa jadi terobosan atau solusi bertahan hidup bagi warga yang menghuni di lingkungan kecil dengan sebutan "Kampung" itu. 

Pemahaman penulis kegiatan atau program "Kampung Tangguh Semeru" untuk mewujudkan sebuah lingkungan yang warga penghuninya "tangguh" menghadapi segala kondisi. Lalu pertanyaannya tangguh dalam hal apa yang dimaksut ?..Kurang lebih jawabannya adalah tangguh menghadapi bencana yaitu Covid-19, dalam artian tidak panik juga tidak pula meremehkannya. Dan tangguh dalam memenuhi hajat hidup artinya mampu bangkit pulih dari kondisi terpuruk akibat dampak bencana.


Berdasarkan pengamatan penulis yang terbatas pada kegiatan "Kampung Tangguh Semeru", ada tiga manfaat besar yang bisa didapat bila sungguh-sungguh penerapannya. Yang pertama, pada kegiatan "Kampung Tangguh Semeru" ada pendidikan (edukasi) " pada masyarakat untuk memiliki kekuatan atau "ketahanan mental". Ke dua, rasa senasib dan sepenanggungan karena suatu keadaan dalam hal ini adalah menghadapi bencana Covid-19. Melahirkan semangat hidup gotong royong, rasa saling membutuhkan, saling menopang, saling melindungi, satu dengan yang lainnya. Dari keduanya maka bukan tidak mungkin melahirkan aspek yang ketiga yaitu kemandirian tidak ketergantungan.

Optimisme penulis bahwa kegiatan "Kampung Tangguh" melahirkan ketahanan mental, gotong royong dan kemandirian. Di "Kampung Tangguh Semeru" terstruktur dengan baik yang mana semua komponen masyarakat terlibat. Mereka membuat kelompok-kelompok tangguh (Pok Tangguh) yang saling berkaitan. Ada Pok Tangguh Keamanan, Pok Tanguh Informasi, Pok Tangguh Logistik ketahanan pangan, Pok Tangguh SDM dan Problem Solving, Pok Tangguh Perekonomian, Pok Tangguh Budaya, Pok Tangguh Agama, Pok Tangguh Transportasi, Pok Tangguh Kesehatan, Pok Tangguh Psikologi, Rumah Isolasi, dan Pok Tangguh Pemulasaran Jenazah.

Penulis kira kita semua sudah tahu apa peran, tugas dan fungsi masing-masing Pok Tangguh yang ada di "Kampung Tangguh Semeru". Ketika Pok Tangguh-Pok Tangguh sebagaimana terurai di atas berfungsi dengan baik. Maka bukan tidak mungkin masyarakat di lingkungannya benar-benar tangguh dan siap menyelesaikan masalah yang terjadi. Bisa jadi bahwa kegiatan "Kampung Tangguh Semeru" adalah untuk menjawab diberlakukannya "Tatanan Hidup Baru" atau sebutan lainnya adalah "Adaptasi Kebiasaan Baru".

Di "Kampung Taangguh", SOP Protokol Kesehatan ketat diberlakukan demi aman dari Covid-19, segala potensi yang ada diberdayakan, terbalut oleh semangat gotong royong. Kata kuncinya adalah, kegiatan "Kampung Tangguh" merupakan solusi bagaimana masyarakat terselamatkan dari ancaman besar Virus Corona (Covid-19), namun kebutuhan hidup terpenuhi karena ekonomi tidak lumpuh.(*)

Moh. Khotib / Author & Editor

Khotib35

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2020, Blogger Template Kampung Tangguh Semeru| Templatelib