Tidaklah berlebihan bila menyebut kegiatan "Kampung Tangguh" sebagai solusi putus mata rantai penyebaran Virus Corona. Karena pada kegiatan "Kampung Tangguh", penulis mendapati sikap hidup dan semangat masyarakatnya yang luar biasa. Yaitu untuk tidak memberikan ruang atau tempat pada Virus Corona menciptakan klaster-klaster baru.
Bagaimana tidak, contoh pada kegiatan "Kampung Tangguh Semeru" yang ada di Dusun Wijenan Kidul Desa Singolatren Kecamatan Singojuruh Banyuwangi. Penerapan standar prosedur Protokol Kesehatan baik pada masyarakat dalam lingkungan sendiri juga warga pendatang, luar biasa ketat. Sterilisasi dengan disinfektan terhadap tempat-tempat dan properti yang dimungkinkan berpotensi jadi media penularan dilakukan secara berkala.
Inilah kelebihan kegiatan "KampungTangguh". Membangun kesadaran tak cukup hanya dengan mengandalkan himbauan-himbauan. Apalagi kemudian himbauan dilakukan hanya sekadar seperti istilah yang pernah populer di jamannya yaitu Asal Bapak Senang (ABS). Setelah itu tidak ada konsekwensi atas pembangkangan yang terjadi, maka himbauan itu tak berbuah apa-apa.
Sejak awal beredar informasi bahwa Virus Corona (Covid-19) adalah ancaman yang kemudian ditetapkan sebagai bencana nasional. Himbauan juga ajakan tentang upaya cegah penyebaran Virus Corona menyeruak melalui berbagai macam media informasi yang ada. Tapi faktanya kesadaran mengakui bahwa Virus Corona adalah benar-benar ancaman. Hanya bersarang pada sebagian kecil dari ratusan juta rakyat Indonesia. Padahal jelas-jelas ribuan bahkan sudah jutaan nyawa manusia melayang akibat keganasan Virus Corona.
Artinya membangun kesadaran tidak bisa dilakukan hanya dengan cara sederhana dan sendiri-sendiri atau himbauan tanpa konsekwensi. Konsekwensi tidak harus berbentuk sangsi, namun bisa dengan cara persuasif dan ketauladanan. Itulah yang dilakukan oleh sekelompok tokoh masyarakat di lingkungan "Kampung Tangguh Semeru", awal merintis dan cari kata sepakat untuk membuat kegiatan yang disebut "Kampung Tangguh Semeru".
Mereka bekerjasama dengan petugas kesehatan setempat, Kepala Desa, Bhabinkamtimas, Babinsa. Mengumpulkan masyarakat melalui petugas kesehatan yang berkompeten jejali pemahaman terkait keberadaan dan bahaya ancaman Virus Corona. Sehingga memunculkan kesimpulan bahwa Virus Corona adalah musuh besar yang harus dilawan. Singkatnya kesadaran kolektif untuk mencegah penyebaran Virus Corona tumbuh di masyarakat yang kemudian diambil kata sepakat membentuk "Kampung Tangguh".
Alangkah baiknya bila "Kampung Tangguh-Kampung Tangguh" bermunculan di seluruh pelosok desa se Nusantara. Dengan tujuan yang sama yaitu mencegah dan menghentikan kebrutalan Virus Corona. Maka bukan tidak mungkin kondisi negara akan segara pulih sedia kala. Karena memang faktanya sampai saat ini belum ditemukan Vaksin yang bisa melawan Virus Corona. Juga belum ada obat yang bisa menyembuhkan pasien terkonfirmasi positif Corona. Pencegahan satu-satunya jalan, dan pencegahan yang efektif adalah melalui kegiatan "Kampung Tangguh" salah satu solusinya. (*).
Kalau warga kampung tangguh tetap konsisten dengan semua aturan dan protokol kesehatan, tentu harapan itu akan terwujud. kendalanya kswadayaan warga itu terbatas sehingga tetap berharap nilai lebih dari adanya kampung tangguh.tidak sekedar pujian dan sanjungan berupa piala dan sertifikat penghargaan. yach minimal faskeslah selamanya gratis khan lumayan.
BalasHapus