Berbagai upaya dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Virus Corona (Covid-19). Logikanya upaya tersebut harusnya membuahkan hasil terjadinya penurunan angka kasus-kasus pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Namun yang terjadi berbanding terbalik, penambahan kasus pasien positif Covid di beberapa daerah terjadi tiap hari.
Pasien yang sembuhpun juga ada tiap hari namun angkanya jauh lebih rendah dari penambahan kasusnya. Meski begitu harus tetap diakui dan patut diberi penghargaan yang setinggi-setingginya kepada para penjuang garda terdepan yaitu para tim medis di berbagai Rumah Sakit di Indonesia. Mereka merawat pasien terjangkit Covid-19, ibarat menyelamatkan seseorang yang terkepung kobaran api di tempat yang setetes airpun tidak didapati. Panggilan jiwanya mengharuskan selamatkan orang lain, sementara untuk itu keselamatan dirinya juga terancam. Tak berlebihan bila kepada mereka kita berikan sebutan "Pahlawan Kemanusiaan".
Pertanyaannya kenapa penambahan kasus yang positif Covid jauh lebih tinggi dibanding kasus yang sembuh ?. Jawabannya bisa jadi karena upaya pencegahan yang selama ini dilakukan sudah benar namun belum serempak. Ditambah lagi tingkat kesadaran masyarakat yang rendah. Pencegahan hanya dilakukan oleh sebagian kecil kelompok masyarakat dan itupun tidak rutinitas. Untuk hal ini kita harus menganggap bahwa Virus Corona adalah musuh bersama, sehingga pencegahannya juga harus bersama-sama.
Apalagi hingga sejauh ini belum juga ditemukan obat khusus yang bisa menyebuhkan pasien positif Corona. Dan belum juga ditemukan vaksin yang bisa melawan Corona. Satu-satunya jalan adalah pencegahan secara masif dan serempak. Untuk hal ini harus dibangun kesadaran kolektif di masyarakat. Sehingga menjadi sebuah gerakan perlawanan masyarakat yang luar biasa dalam upaya memutus mata rantai penyebaran dan penularan Covid-19.
Adalah tepat bila di Jawa Timur ada gagasan kegiatan "Kampung Tangguh Semeru" yang mana adalah semangat gotong royong jadi rohnya. Terlebih mengingat peningkatan kasus pasien positif Covid yang kian hari bertambah. Gerakan masyarakat melalui kegiatan "Kampung Tangguh Semeru" bila dilaksanakan serempak di tiap desa seluruh Jawa Timur terutama pada daerah-daerah zona merah. Bukan tidak mungkin akan mampu meminimalisir penambahan kasus. Bahkan jadi mungkin bisa menghentikan penyebaran dan penularan Covid-19, kalau memang standar utamanya harus rajin cuci tangan, pakai masker, dan jaga jarak.
Di kegiatan "Kampung Tangguh Semeru", masyarakatnya terapkan SOP Protokol Kesehatan dengan sungguh-sungguh. Tiap depan rumah jadi keharusan menyediakan tempat cuci tangan, penegasan harus pakai masker jadi tanggung jawab bersama, penegasan untuk tidak menciptakan kerumunan jadi tanggung jawab bersama. Satu sama lain saling mengingatkan bila terjadi lalai, karena memang sudah sepakat bersama mengikuti SOP Protokol Kesehatan. Kegiatan sterilisasi lingkungan dengan melakukan penyemprotan disinfektan terjadwal. Kedatangan warga dari luar kampung dipantau ketat dan wajib mengikuti SOP Protokol Kesehatan yang diberlakukan.
Kesimpulan dari itu semua, prinsif hidup yang terbangun di masyarakat yang melaksanakan kegiatan "Kampung Tangguh" adalah, "tertular atau menularkan Covid-19 bukan jadi pilihan mereka, yang jadi pilihannya adalah, tidak tertular juga tidak menularkan Covid-19. (*)
0